Bata Indonesia: Dari Kejayaan Sebelum Merdeka hingga Stop Produksi
Bata Indonesia memulai kiprah sejak 1931, tapi tekanan keuangan memaksa mereka menghentikan produksi sepatu pada 2025.

INFOBRAND.ID, Jakarta - Sejak memasuki Indonesia pada tahun 1931, merek sepatu Bata telah mencatatkan diri sebagai salah satu ikon industri alas kaki tanah air. Nama ini mulai dikenal luas sebelum kemerdekaan Indonesia dan kian menguat sejalan pembukaan pabrik lokal. Namun, setelah berpuluh tahun berkibar, Bata menghadapi tekanan keuangan yang akhirnya memaksa perusahaan untuk menghentikan lini produksi sepatu di Indonesia — sebuah titik balik dalam sejarah brand legendaris ini.
Sejarah Bata di Indonesia bermula ketika perusahaan bekerja sama dengan NV, Netherlandsch-Indisch sebagai importir di Tanjung Priok. Enam tahun kemudian, Tomas Bata mendirikan pabrik di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, dan pada 1940 mulai memproduksi sepatu secara lokal. Pabrik baru di Purwakarta selesai dibangun pada 1994, memperluas kapasitas produksi dan jaringan distribusi Bata. Bahkan, pada 24 Maret 1982, PT Sepatu Bata Tbk (BATA) resmi tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Selama puluhan tahun, Bata menjelma menjadi pemain dominan dalam produksi dan distribusi sepatu injeksi, dengan jaringan ritel yang mencapai 435 gerai di seantero Indonesia, termasuk jaringan Family dan City Stores. Namun di balik nama besar, tekanan kompetisi, perubahan selera konsumen, dan beban biaya operasional mulai memperlemah kinerja perusahaan.
Kinerja keuangan Bata menunjukkan gejala kemunduran yang nyata. Pada laporan semester I 2025, perusahaan mencatat kerugian sebesar Rp 40,62 miliar. Penjualan bersih turun drastis sebesar 38,74 persen dari Rp 260,29 miliar menjadi Rp 159,43 miliar. Liabilitas Bata juga melonjak, sedangkan ekuitas mengecil signifikan. Sebelumnya, pabrik di Purwakarta telah resmi ditutup sejak tanggal 30 April 2024 setelah mengalami kerugian berkepanjangan, termasuk rugi Rp 525 miliar dalam empat tahun terakhir.
Langkah berikutnya mulai dikeluarkan melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 25 September 2025. Dalam keputusan tersebut disepakati untuk “menghapus kegiatan usaha industri alat kaki untuk kebutuhan sehari-hari” melalui perubahan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan. Dengan demikian, Bata secara resmi menanggalkan lini bisnis produksi sepatu di Indonesia.
Keputusan tersebut menandai babak baru dalam perjalanan Bata: tanpa pabrik, tanpa produksi sendiri. Namun gerai-gerai ritel Bata masih tetap beroperasi, dan manajemen menyatakan akan fokus memperkuat distribusi serta efisiensi operasional agar tetap relevan di pasar.
Langkah dramatis ini menyampaikan pelajaran penting bagi pelaku bisnis dan pemasar. Keunggulan merek legendaris pun dapat terkikis jika perusahaan gagal menyesuaikan model bisnisnya dengan dinamika pasar dan keberlanjutan finansial. Bagi pengusaha dan profesional strategi bisnis, keputusan Bata menjadi pengingat bahwa mempertahankan margin, efisiensi produksi dan relevansi produk adalah kunci agar tidak ditinggalkan pasar — meski sejarah dan reputasi sudah lama terbentuk.